Unforgetable Journey – Part Two : Bisnis Vacation To Aceh..

Setelah merasakan keramahan Aceh pada Bisnis Vacation Part One, saya tidak ragu lagi untuk ditugaskan ke Aceh lagi. Kali ini tugasnya sesuai dengan job saya di Internews, liputan bareng jurnalis radio partner di Aceh.  Ada 3 materi liputan, tentang Pendidikan, Wisata, dan Sosial Masyarakat (jurnalis radio disana memilih topik ganja..hhmmmm). Untuk topik pendidikan mereka akan meliput tentang pendidikan pasca tsunami di Pulau Nasi. Wisata nya mereka memilih liputan ke Titik Nol di Sabang..uhuyyy… Im gonna be there..with my baby Nares di perut..hehhe…Yupp waktu itu lagi hamil 5-6 bulanan lah.

Kali ini saya menginap di Hotel Cakradonya, tak jauh dari Radio Jati FM, tempat saya akan menyelesaikan tugas liputan. Sengaja lah cari yang dekat..cukup jalan kaki udah sampe ke radio itu. Hari pertama saya sempat sakit perut , karena menghabiskan 1 gelas jus terong belanda dalam sekejap..Hahaha..Maksud hati ingin menikmati jus terong belanda seperti di Bireun..tapi ternyata rasanya terlalu asemm…tapi tetep saya habiskan segelas lumayan besar…Jadilah si baby berontak..Tapi alhamdulillah setelah minum obat anti diare, perut saya anteng lagi..Dan perjalanan ke Pulau Nasi pun dimulai….

Banda Aceh-Pulau nasi

Banda Aceh-Pulau nasi

Agak siang saya bersama 3 orang perempuan dari radio Jati FM dan dari sebuah LSM bersiap di pelabuhan Ulee Lheue. Kapal motor yang akan menuju Pulau Nasi sudah siap berangkat. *Disebut Pulau Nasi karena dekat, orang dari Banda Aceh cukup bawa Nasi saja..Ada lagi Pulau Breueh atau Pulau Beras..di utara Pulau Nasi. Orang Banda Aceh yang ke Pulau Breueh ya harus bawa beras..kalau bawa nasi.. basi..karena jauh dari Banda Aceh..* Mereka hanya menaikkan beberapa barang saja, karena kapal motor sudah penuh barang-barang milik warga Pulau Nasi dan LSM yang akan membangun disana.  Ketika kapal akan berangkat, saya dan 3 orang teman tadi memilih tempat yang enak. 1 jam kami akan berlayar. Cieeee berlayar…Masih punya fotonya nih… 😉 Saya yang pake bandana merah dan kacamata item itu tuhhh…

Menuju Pulau Nasi

Menuju Pulau Nasi

Cuaca siang itu baguss banget…tak ada ombak, flattt…Kapal hanya mengurangi kecepatan sesaat sebelum sampai di Pulau Nasi.  Tampaknya ada arus laut yang cukup kuat yang harus dilewati perahu. Saya tak terlalu merasa khawatir karena semua penumpang juga tenang-tenang saja. Dan Alhamdulillah sampailah kapal motor yang saya tumpangi di Pulau Nasi..Perahu bersandar di dermaga kecil dan semua penumpang turun. Pantainya bagusss banget…

Pulau Nasi

Pulau Nasi

Saya dan teman-teman berjalan kaki menuju rumah Keuchik (semacam kepala dusun gitu..) dan akan menginap di rumah Keucik itu. Jarak antara dermaga dengan rumah Keuchik lumayan sih beberapa ratus meter. Dengan penuh semangat saya sampai juga di rumah Keuchik.  Waktu siang sampai sore kami manfaatkan untuk ngobrol dengan warga di sekitar Keuchik, dan jalan-jalan tak jauh dari rumah Keuchik. Menjelang senja saya dan teman-teman menikmati sunset di pantai…indah …dan syahdu…

Sunset di Pulau Nasi..

Sunset di Pulau Nasi..

Malamnya saya tidur di lantai ruang keluarga Keuchik. Rumah kayu ya lantainya dari kayu..heheh..saya gak bisa tidur waktu itu…rasanya badan sakit semua..Ya namanya lagi hamil, tidur di lantai kayu tanpa alas apa-apa. Hanya kain bali yang saya bawa aja saya pakai untuk selimut. Jadilah malam itu badan saya hanya bolak sana balik sini..sampai pagi….

Dalam keadaan ngantuk saya bersiap ke lokasi, sebuah sekolah sekitar 4 kilometer dari rumah Keuchik. Keuchik yang biasa ke lokasi tersebut naik mobil jip bututnya, mengajak saya dan teman-teman untuk bergabung. Yah…pasti kami iya kan. Kami ganti biaya bahan bakar saja. Sepanjang perjalanan kami melihat laut lepas di kejauhan..cakep!

Di sekolah..kami hanya menemui 1 guru saja yang mengajar beberapa kelas sekaligus…dan ada tamu di kelas itu..hehehe.

Sapi..Mau Sekolah?

Sapi..Mau Sekolah?

Mengingat saya tak bisa tidur semalaman…saya meminta setelah selesai liputan, siang ini juga kembali ke Banda Aceh. Jam berapapun..Kebayang bakal gak bisa tidur lagi kalau harus menginap lagi di Pulau Nasi. Alhamdulillah liputan selesai, dan kebetulan ada yang bersedia mengantar kami ke Banda Aceh…Yes..pulaaanggg..

Ready Back To Banda Aceh

Ready Back To Banda Aceh

Di dermaga..perahu sudah siap..Tapi tampaknya ada yang harus diperbaiki, jadi kami harus menunggu beberapa saat. Ya hanya kami bertiga dan nelayan pemilik perahu itu yang akan berlayar. Sambil menunggu..ya kami poto-poto deh…Ini loh dermaganya …cakep yak…

aceh9

Dermaga Pulau Nasi

 

15 menit pertama perjalanan..kami masih bisa ketawa ketiwi dan poto-poto, bahkan merekam dengan video camera. Situasi berubah ketika perahu mengurangi kecepatan dan kami melihat di depan kami seperti sungai berarus deras…Wuihhhh…nelayan yang mengemudikan perahu hanya diam, rokok dimatikannya, wajahnya tegang. Kamipun ikut tegang. Boro-boro foto-foto. Kami hanya bisa diam. Meski kami semua, kecuali sang nelayan, dilengkapi pelampung yang kami bawa dari Banda Aceh, tetap saja kami tak bisa tenang. Perahu yang kami tumpangi  berayun keras memotong arus yang mengalir deras dari arah laut Andaman menuju Samudra Hindia.

Sungguh baru kali itu saya melihat arus laut sederas itu. Perahu sampai harus jauh bergerak melawan arus terlebih dahulu lalu berubah mengikuti arus untuk bisa melewati ‘sungai’ itu. Saya takut banget waktu itu..hanya bisa berdoa..berdoa…dan berdoa…Lolos dari arus ‘sungai’..perahu masih harus menghadapi gelombang yang lumayan mengayun di tengah lautan berwana biru tua yang pekat. Beda 180 derajat dengan situasi saat berangkat. 1 jam lebih akhirnya perahu benar-benar lolos dari ombak. Raut wajah nelayan sudah tampak tidak tegang lagi, air laut mulai tenang, warnanya sudah agak pucat bahkan kecoklatan karena memang daratan sudah di depan mata..Alhamdulillah…..

Nelayan memilih berlabuh di pelabuhan Lampulo. Daaaaannnnn…sesaat sebelum benar-benar bersandar di pelabuhan, mesin perahu mati. Ya..mati..Mati tak bisa nyala lagi. Kami tanyakan kepada nelayan apa yang terjadi. Nelayan itu menjawab mesin perahunya mati karena oli nya bocor dan habis..Astaghfirullah….terbayang nggak sih kalau perahu itu mati ketika kami masih diayun ombak tadi…hiiiii…..Nelayan itu sampai harus menginap di Banda Aceh dulu sampai perahunya bisa dipakai lagi untuk kembali ke Pulau Nasi.

Sepulang dari Pulau Nasi…saya langsung beristirahat di hotel…Alhamdulillah..bisa tidur wueeeeennnaaaakkkkkk…. 🙂

Target berikutnya adalah Titik Nol di Sabang, Pulau Weh..Lets Go baby…..Kali ini saya hanya bersama seorang jurnalis Jati FM. Kami berangkat dari Pelabuhan Ulee Lheue, naik kapal cepat ke Sabang.  Ada pilihan naik fery dengan waktu tempuh 4 jam. Kalau naik kapal cepat..cukup 2 jam saja..Jadi pilih yang cepat J perjalanan ke Sabang tidak terasa..tau-tau nyampe aja. Sampai di Sabang mobil yang kami sewa sudah siap. Langsung tancap gas ke Titik Nol. Seperti apa Sabang?Ahhh keren pula..jalan sempit berkelok-kelok berpadu dengan pemandangan laut biru. Sesekali kami berhenti untuk menikmati pemandangan dan foto-foto..hehehe…seperti di salah satu sudut Pulau Weh ini..disini banyak kera liar yang bebas berkeliaran di pinggir jalan. Mereka tidak mengganggu, jadi santai saja..

Perjalanan Menuju Titik Nol

Perjalanan Menuju Titik Nol

Setelah itu kami masuk ke area seperti hutan ..sangat rapat hutannya..jalanan aspal tertutup daun-daun..2 kilometer lebih lah kami melalui jalanan hutan. Dan akhirnya sampai juga di pangkal nya Indonesia…Titik Nol…Alhamdulillah…Sayanggg fotonya nyelip entah dimana…. 😦 *Sebagian foto masih bisa saya pindah kesini karena sempat saya upload di facebook..* Dari area Titik Nol itu saya masih bisa melihat ada pulau yang lebih jauh lagi..nahloh…yang titik nol yang mana donk..hehehe.

Selesai urusan di Titik Nol kami langsung ke kota Sabang. Niatnya sih ke Kantor Dinas Pariwisata, katanya sertifikat untuk yang sudah pernah ke Titik Nol bisa diambil disitu. Sayangnya.. sertifikat lagi habis…Ya sudahlah..tak apa…. Kami lalu keliling kota Sabang. Mampir makan siang di sebuah rumah makan padang (hehe..rumah makan Sabang mestinya ya…). Setelah itu langsung lanjut ke pelabuhan.

Sambil menunggu kapal, saya sempatkan membeli oleh-oleh di sekitar pelabuhan. Cuma ada kaos, itu juga ukurannnya gak ada yang XL gituh…xixi. Gapapa..kan adanya cuma disini kaos begitu. Sama ada lagi makanan semacam bakpia cuma lebih keras. Katanya masih tahan 1 minggu..jadi saya beli untuk saya bawa pulang ke Jakarta.

Selesai tugas liputannya….

Setelah itu saya masih harus stay di Banda Aceh beberapa hari lagi untuk mengolah hasil liputan sampai jadi radio feature. Nah..saat proses itulah saya baru bersantai..sempatkan ke Cik Yu-Ke (UK = Ulee Kareng). Ada teman yang mengajak..dan saya nikmati saja kopi yang sudah ngetop sampai kemana-mana itu. Kopinya emang beda rasanya…Yang terpenting buat saya adalah…setelah minum kopi itu gak ada reaksi di lambung. Hehe.

Sesekali saya juga jajan rujak manis…hmmm…rujak manis di Banda Aceh ini agak beda loh..Saya pikir kayak di Jawa pada umumnya..ternyata setelah pesanan rujak manis saya jadi..tewewewewww…yang ada di piring itu irisan buah..ada es batu..dan sirop..sambalnya dipisah di piring yang lebih kecil. Wah..saya baru kali itu nemu rujak manis pake sirop..hehe..Ya..namanya bumil tancap gas aja deh…Tapi makanan favorit saya di Aceh..masih tetep..kerang rebus! 🙂 Kalo mie Aceh belum ketemu lagi yang seenak waktu Aceh Part One..

 “Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale”

Motvr

14 thoughts on “Unforgetable Journey – Part Two : Bisnis Vacation To Aceh..

  1. Pingback: Unforgetable Journey – Bisnis Vacation to Aceh – Part One | dianesuryaman

  2. Pingback: Daftar Peserta Momtraveler Giveaway | Momtraveler's Tale

  3. Pingback: Daftar Peserta Momtraveler Giveaway

  4. Pingback: Jelajah Ujung Barat Indonesia : Banda Aceh – Sabang | dianesuryaman

Leave a comment